Kata ulang sangat banyak digunakan dalam percakapan kita
sehari-hari dalam bahasa Indonesia. Lihat saja kata sehari-hari pada
kalimat di atas adalah termasuk kata ulang. Di bawah ini merupakan arti
dari kata ulang yang ada di Indonesia, yaitu antara lain :
1. Kata ulang yang menyatakan banyak tidak menentu Contoh :- Di tempat kakek banyak pepohonan yang rimbun
dan lebat sekali.- Pulau-pulau yang ada di dekat perbatasan dengan
negara lain perlu diperhatikan oleh pemerintah.
2. Kata ulang yang menyatakan sangat Contoh :- Jambu merah pak raden besar-besar dan memiliki
kenikmatan yang tinggi.- Anak kelas 3 ipa 1 orangnya malas-malas dan
sangat tidak koperatif.
3. Kata ulang yang menyatakan paling Contoh :- Setinggi-tingginya Joni naik pohon, pasti dia
akan turun juga.- Mastur dan Bornok mencari kecu sebanyak-banyaknya
untuk makanan ikan cupang kesayangannya.
4. Kata ulang yang menyatakan mirip / menyerupai / tiruan Contoh :- Adik membuat kapal-kapalan dari kertas yang
dibuang Pak Jamil tadi pagi.- Si Ucup main rumah-rumahan sama si Wati
seharian di halaman rumah.
5. Kata ulang yang menyatakan saling atau berbalasan Contoh :- Ketika mereka berpacaran selalu saja
cubit-cubitan sambil tertawa.- Saat lebaran biasanya keluarga di rt.4
kunjung-kunjungan satu sama lain.
6. Kata ulang yang menyatakan bertambah atau makin Contoh :- Biarkan dia main hujan! lama-lama dia akan
kedinginan juga.- Ayah meluap-luap emosinya ketika tahu dirinya masuk
perangkap penipu kartu kredit.
7. Kata ulang yang menyatakan waktu atau masa Contoh :- Orang katro dan ndeso itu datang ke rumahku malam-malam.- Datang-datang dia langsung tidur di kamar karena kecapekan.
8. Kata ulang yang menyatakan berusaha atau penyebab Contoh :- Setelah kejadian itu dia menguat-nguatkan diri mencoba untuk tabah.
9. Kata ulang yang menyatakan terus-menerus Contoh :- Anjing buduk dan rabies itu suka
mengejar-ngejar anak kecil yang lewat di dekat kandangnya yang bau.-
Mirnawati selalu bertanya-tanya pada dirinya apakah kesalahannya pada
Bram dapat termaafkan.
10. Kata ulang yang menyatakan agak (melemahkan arti) Contoh :- Karena berjalan sangat jauh kaki si Adul sakit-sakit semua.- Jangan tergesa-gesa begitu dong! Nanti jatuh.
11. Kata ulang yang menyatakan beberapa Contoh :- Sudah bertahun-tahun nenek tua itu tidak
bertemu dengan anak perempuannya yang pergi ke Hong Kong.- Mas parto
berminggu-minggu tidak apel ke rumahku. Ada apa ya?
12. Kata ulang yang menyatakan sifat atau agak Contoh :- Lagak si bencong itu kebarat-baratan kayak
dakocan.- Wajahnya terlihat kemerah-merahan ketika pujaan hatinya
menyapa dirinya.
13. Kata ulang yang menyatakan himpunan pada kata bilangan Contoh :- Coba kamu masukkan gundu bopak itu
seratus-seratus ke dalam tiap plastik!- Jangan beli beyblade
banyak-banyak nak! Nanti uang sakumu habis.
14. Kata ulang yang menyatakan bersengang-senang atau santai Contoh :- Dari tadi padi si Bambang kerjanya cuma
tidur-tiduran di sofa.- Ular naga panjangnya bukan kepalang
berjalan-jalan selalu riang kemari.
Dalam karya sastra aspek irama ( ukuran waktu atau tempo ) juga
penting dalam persoalan yang lebih penting adalah menerangkan
sifat-sifat irama baik dalam puisi atau prosa. Dalam puisi irama
merupakan factor penting. Sedangkan dalam prosa, irama dipahami seperti
irama dalam percakapan sehari-hari.
Intonasi Intonasi atau lagu kalimat berkaitan dengan ketepatan dalam
menentukan keras-lemahnya pengucapan suatu kata. Intonasi dan artikulasi
sangat berkaitan dengan irama. Irama merupakan unsur sangat penting dan
jiwa dari sebuah puisi. Irama adalah totalitas dari tinggi rendah,
keras lembut, dan panjang pendek suara. Irama puisi tercipta dengan
melakukan intonasi.
Ada 3 jenis intonasi dalam pembacaan puisi:
Intonasi dinamik, yaitu tekanan pada kata-kata yang dianggap penting.
Intonasi nada, yaitu tekanan
tinggi rendahnya suara. Suara tinggi menggambarkan keriangan, marah,
takjub, dan lain sebagainya. Sementara, suara rendah mengungkapkan
kesedihan, pasrah, ragu, putus asa, dan lain sebagainya.
Intonasi tempo, yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau kata.
Ketepatan ekspresi / mimik. Ekpresi adalah pernyataan perasaan hasil penjiwaan puisi. Mimik adalah gerak air muka.
kinesik yaitu gerak anggota tubuh.
Kejelasan artikulasi. Artikulasi yaitu ketepatan dalam melafalkan kata- kata.
Timbre yaitu warna bunyi suara (bawaan) yang dimilikinya.
Irama puisi artinya panjang pendek, keras lembut, tinggi rendahnya suara.
Intonasi atau lagu suara. Dalam sebuah puisi, ada tiga jenis intonasi antara lain sebagai berikut :
Tekanan dinamik yaitu tekanan pada kata- kata yang dianggap penting. Tekanan nada yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Tekanan tempo yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau kata.
Tema/makna (sense);
media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan
makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait,
maupun makna keseluruhan.
Rasa (feeling),
yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar
belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang
pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam
masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah
tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya
bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada
wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh
latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
Nada (tone),
yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan
tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui,
mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah,
menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong,
menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
Amanat/tujuan/maksud (itention); yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca
Majas atau gaya bahasa
adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk
memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok
penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan,
baik secara lisan maupun tertulis.
Majas Klimaks
: Adalah semacam gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal yang dituntut
semakin lama semakin meningkat. Contoh : Kesengsaraan membuahkan
kesabaran, kesabaran pengalaman, dan pengalaman harapan.
Majas Antiklimaks:
Adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berurutan semakin lma
semakin menurun. Contoh : Ketua pengadilan negeri itu adalah orang yang
kaya, pendiam, dan tidak terkenal namany
Majas Koreksio:
Adalah gaya bahasa yang mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian
memperbaikinya. Contoh : Silakan pulang saudara-saudara, eh maaf,
silakan makan.
Majas Asindeton
: Adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut tanpa
menggunakan kata penghubung agar perhatian pembaca beralih pada hal yang
disebutkan. Contoh : Dan kesesakan kesedihan, kesakitan, seribu derita
detik-detik penghabisan orang melepaskan nyawa.
Majas Interupsi
adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata atau bagian kalimat yang
disisipkan di dalam kalimat pokok untuk lebih menjelaskan sesuatu dalam
kalimat. Contoh : Tiba-tiba ia-suami itu disebut oleh perempuan lain.
Majas Eksklmasio : Adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata seru atau tiruan bunyi. Contoh : Wah, biar ku peluk, dengan tangan menggigil.
Majas Enumerasio
: Adalah beberapa peristiwa yang membentuk satu kesatuan, dilukiskan
satu persatu agar tiap peristiwa dalam keseluruhannya tanpak dengan
jelas. Contoh : Laut tenang. Di atas permadani biru itu tanpak
satu-satunya perahu nelayan meluncur perlahan-lahan. Angin berhempus
sepoi-sepoi. Bulan bersinar dengan terangnya. Disana-sini
bintang-bintang gemerlapan. Semuanya berpadu membentuk suatu lukisan
yang haromonis. Itulah keindahan sejati.
Majas Silepsis dan Zeugma
: Adalah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan
menghubungkan sebuah kata dengan dua kata yang lain sebenarnya hanya
salah satunya mempunyai hubungan sebuah kata dengan dua kata yang lain
sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama.
Contoh : ia menundukkan kepala dan badannya untuk memberi hormat kepada
kami.
Majas Apofasis atau Preterisio
: Adalah gaya bahasa dimana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu,
tetapi tampaknya menyangkal. Contoh : Saya tidak mau mengungkapkan dalam
forum ini bahwa saudara telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang
negara
Majas Pleonasme:
Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau
menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan. Contoh: Saya
naik tangga ke atas.
Majas Aliterasi: Adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang sama. Contoh : Keras-keras kena air lembut juga
Majas Paralelisme: Adalah gaya bahasa penegasan yang berupa pengulangan kata pada baris atau kalimat. Contoh : Jika kamu minta, aku akan datang
Majas Tautologi:
Adalah gaya bahasa yang mengulang sebuah kata dalam kalimat atau
mempergunakan kata-kata yang diterangkan atau mendahului. Contoh :
Kejadian itu tidak saya inginkan dan tidak saya harapkan
Majas Antanaklasis
adalah yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang
berbeda. Contoh : Ibu membawa buah tangan, yaitu buah apel merah
Majas Anastrof atau Inversi
: Adalah gaya bahasa yang dalam pengungkapannya predikat kalimat
mendahului subejeknya karena lebih diutamakan. Contoh : Pergilah ia
meninggalkan kami, keheranan kami melihat peranginya.
Majas Retoris
: Adalah pernyataan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan
tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar,
dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban. Contoh :
Siapakah yang tidak ingin hidup ?
Majas Elipsis:
Adalah gaya bahasa yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang
dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca. Contoh :
Kami ke rumah nenek ( penghilangan predikat pergi )
Majas Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
Majas Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
Majas Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
Majas Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
Majas Sigmatisme: Pengulangan bunyi “s” untuk efek tertentu.
Majas Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
B. Macam -macam Majas Perbandingan
Majas Litotes:
Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan
merendahkan diri. Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai
tanda terima kasihku atau Mampirlah ke gubuk saya ( Padahal rumahnya
besar dan mewah )
Majas Hiperbola:
Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan
tersebut menjadi tidak masuk akal.ah mencapai langit. Contoh: Kita
berjuang sampai titik darah penghabisan
Majas Personifikasi:
Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada
sesuatu yang bukan manusia. Atau yang mengumpamakan benda mati sebagai
makhluk hidup. Contoh: Hujan itu menari-nari di atas genting
Majas Simile
: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan
kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, ” umpama”,
“ibarat”,”bak”, bagai”. Membandingkan suatu dengan keadaan lain yang
sesuai dengan keadaan yang dilukiskannya. contoh: Kau umpama air aku
bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban
apa saja.
Majas Metafora:
Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena
mempunyai sifat yang sama atau hampir sama. contoh: Cuaca mendung karena
sang raja siang enggan menampakkan diri.
Majas Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
Majas Sinestesia: yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
Majas Alegori:
Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran. Contoh:
Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri
tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela
menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu
dengan laut.
Majas Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian. contoh:Indonesia bertanding volly melawan Thailand.
Majas Eufimisme:
Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan
kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus. contoh:Dimana saya
bisa menemukan kamar kecilnya?
Majas Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
Majas Fabel:
Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan
bertutur kata. contoh:Perilakunya seperti ular yang menggeliat.
Majas Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
Majas Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
Majas Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata. contoh:Kita bermain ke rumah Ina.
Majas Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
Majas Asosiasi:
perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang
kusut.
Majas Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal. Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya
Majas Antonomasia:
Adalah yang menyebutkan sifat atau ciri tubuh, gelar atau jabatan
seseorang sebagai pengganti nama diri. Contoh : Yang Mulia tak dapat
menghadiri pertemuan ini.
Majas Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
Majas Metonimia:
Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi
merek, ciri khas, atau atribut. Contoh:Ia menggunakan Jupiter jika pergi
ke sekolah (Motor merk Jupiter)
Majas Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
Majas Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
Majas Pars pro toto:
Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
contoh:Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya.
C. Macam-macam Majas Pertentangan
Majas Oksimoron
: adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan
kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama. Contoh :
Keramah-tamahan yang bengis
Majas Antitesis
: Adalah gaya bahasa yang menggunakan pasangan kata yang berlawanan
maknanya. Contoh : Kaya miskin, tua muda, besar kecil, smuanya mempunyai
kewajiban terhadap keamanan bangsa.
Majas Anakronisme
: Adalah gaya bahasa yang menunjukkan adanya ketidak sesuaian uraian
dalam karya sastra dalam sejarah, sedangkan sesuatu yang disebutkan
belum ada saat itu. Contoh : dalam tulisan Cesar, Shakespeare menuliskan
jam berbunyi tiga kali (saat itu jam belum ada)
Majas Paradoks
: Adalah gaya bahasa yang mengemukakan hal yang seolah-olah
bertentangan, namun sebenarnya tidak karena objek yang dikemukakan
berbeda. Contoh : Dia besar tetapi nyalinya kecil.
Majas Reptisi
adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang
dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai
Majas Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
Majas Sinisme
: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan
terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi). Contoh: Kamu kan sudah
pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?
Majas Satire:
Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam
atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll. Ungkapan yang menertawakan
atau menolak sesuatu. Contoh : Ya, Ampun! Soal mudah kayak gini, kau tak
bisa mengerjakannya!
Majas Innuendo:
Adalah gaya bahasa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang
sebenarnya. Contoh : Ia menjadi kaya raya karena mengadakan
kemoersialisasi jabatannya
Majas Ironi:
Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan
kebalikan dari fakta tersebut. Contoh: Suaramu merdu seperti kaset
kusut.
Majas Sarkasme:
Sindiran langsung dan kasar. Adalah gaya bahasa yang paling kasar,
bahkan kadang-kadang merupakan kutukan. Contoh: Mampuspun aku tak
peduli, diberi nasihat aku tak peduli, diberi nasihat masuk ketelinga
Kopi
kerap menjadi tinta untuk melukis. Warnanya yang hitam memberikan kesan
eksotis pada kanvas. Sebelumnya lukisan karya Josephine Ryan yang
menggunakan kopi untuk tinta lukisannya. Lain halnya dengan lukisan yang
memakai 3 jenis tumpahan minuman ini.
Kopi, teh dan jus buah
punya warna yang berbeda. Ternyata keragaman warna minuman ini
dimanfaatkan oleh Angela Mercedes Donna Otto seorang illustrator and
graphic designer asal Jerman. Ia membuat sebuah lukisan dari tumpahan
kopi, teh dan jus buah menjadi sebuah goresan unik seperti berikut ini.1. Kancil
Dalam
lukisan ini terlihat jelas gambar dua ekor kancil yang hendak makan
jamur. Lukisan berwarna cokelat ini menggunakan air kopi, teh dan jus
bluebery,
2. Kepala kambing
Lukisan
kepala kambing yang satu ini lebih identik dengan warna merah. Warnanya
berasal dari tumpahan jus trawberry atau jus bit.
3. Monyet dan kelinci
Tumpahan
kopi, teh dan jus berpadu cantik. Donna Otto menghubungk
tumpahan-tumpahan ini menjadi lukisan seekor monyet dan kelinci.
4. Burung
Kalau
yang satu ini lebih menegaskan warna cokelat yang berasal dari teh dan
ungu yang berasal dari jus anggur, Seekor burung, kelinci dan kancil
terlihat sedang berkumpul.
5. Tiga Ekor Kancil Dalam
lukisan ini terlihat dua ekor kancil sedang mengelilingi seekor kancil
dewasa. Percikan jus berwarna merah dipertegas dengan sedikit guratan
tumpahan air eh atau kopi.